Sabtu, 04 Oktober 2014

Berhenti, dan lihatlah ke Belakang

     
Seorang pria sedang berjalan menuju suatu tempat ketika ditengah jalan ia bertemu dengan seorang penebang pohon. si penebang pohon sedang menggergaji pohon dengan giat. tubuhnya sudah dipenuhi keringat tetapi pohon itu tidak menampakan tanda-tanda akan roboh. Pria itu melihat bahwa gergaji yang digunakan oleh si penebang pohon sudah tumpul dan gergajinya tidak akan bisa digunakan untuk menumbangkan pohon tersebut bagaimanapun caranya. Jadi pria tersebut berkata kepada si penebang kayu, "kenapa kamu tidak istirahat dulu, keringkan keringatmu, dan mencoba lagi setelah mengasah mata gergajimu. kamu akan lebih mudah menebang pohon itu setelahnya."

       Si penebang kayu tidak menggubris perkataan si pria. Ia menepiskan tangannya, dan berkata, "Jangan ganggu aku, tinggalkan aku sendiri. Apa kamu tidak lihat aku sedang sibuk? Kamu pikir aku bisa bermalas-malasan? Pohon ini harus selesai ku tebang hari ini, dan tidak ada lagi yang ku pikirkan selain ini."  iapun melanjutkan berkata , " Aku sangat sibuk sekarang, jadi aku sangat menghargai jika kamu tidak menggangguku."

       Anda mungkin bahwa orang yang waras tidak akan bertingkah seperti si penebang kayu, tetapi kenyataannya banyak orang yang seperti itu. Mereka penasaran mengapa kayu itu tidak juga roboh, tetapi mereka tidak sadar bahwa mata gergajinya ternyata telah tumpul. Kebanyakan dari mereka menyalahkan diri sendiri, berpikir bahwa mungkin mereka tidak cukup mencoba, atau kurang bekerja keras, dan mereka tetap saja menggerakan gergajinya dengan lebih kuat.
       Abraham Lincoln pernah berkata, "Jika aku diberikan waktu delapan  jam untuk menebang sebuah pohon, aku akan menghabiskan waktu enam jam untuk mengasah kapakku."
       Perkataannya adalah sebuah saran yang berguna. sebelum mengerjakan sesuatu, kamu perlu mengetahui apa yang harus dipersiapkan dan bagaimana melakukannya. kamu harus bisa memastikan bahwa kamu bisa menyelesaikannya dan memperoleh hasil. Bahkan setelah semua persiapan selesai, kamu perlu berhenti sejenak dan memikirkan apakah cara yang kamu ambil akan berhasil bagi pekerjaanmu. Jika kain pelmu kotor, rumahmu akan menjadi jauh lebih kotor setiap kali kamu menggosokan kain pel tersebut ke lantai.

       Aku menyadari bahwa apa yang dioerlukan anak muda sekarang bukan resume yang mengagumkan, IPK yang sempurna, ataupun kualifikasi. melainkan Instrokpeksi diri. Semua usaha yang kamu lakukan akan menjadi sia-sia, kecuali jika kamu memiliki tujuan yang jelas dan mencoba meraihnya dengan metode yang tepat.
       Aku percaya, sesungguhnya suatu pencapaian hanya akan dapat terpenuhi jika kamu memiliki tiga elemen berikut dalam dirimu: Tujuan Yang Jelas, Metode yag tepat, dan Komitmen untuk mewujudkannya. Namun, Banyak anak muda yang seperti penebang kayu: hanya peduli pada bagaimana mereka dapat membuktikan kerja keras dan komitmen mereka tanpa memperdulikan tujuan dan metode yang mereka miliki.
       Ini yang disebut kelembaman. suatu bentuk ketidak cermatan: Bekerja keras, tetapi tidak mampu berkaca pada diri sendiri.sehingga pada akhirnya tidak memperoleh hasil apapun.

       Berkaca berarti Berpikir kembali. kebanyakan orang percaya, atau setidaknya tampak seperti itu bahwa yang harus kamu lakukan adala berpikir kerastentang dirimu sendiri. Namun berpikir keras dan menderita seorang diri bukan sesuatu yang cukup baik. yang paling penting adalah pengalaman. kamu perlu menambah pengalaman, bacalah banyak buku, berbicaralah dengan orang lain dari berbagai kalangan, dan berjalan-jalanlah.

       Tak ada yang dapat membuat seorang lebih dewasa selain dari pengalamannya sendiri. dimasa mudamu, ketika hatimu belum cukup kuat, pengalaman-pengalaman itu sangat berharga. Pengalaman pribadi adalah cara paling tepat untuk refleksi diri.

TENTANG PENULIS:
Random Kim, seorang profesor di kampus paling populer di Korea, Seoul National University menulis sebuah buku berjudul “Time of Your Life: Bagimu masa muda hanya sekali”. Rando Kim adalah seorang ayah dari dua orang anak. Anaknya yang tertua berusia sekitar 20-an tahun. Rando telah berkarir di dunia pendidikan selama sekitar sepuluh tahun. Selain sebagai profesor yang begitu dihormati di kampusnya, ia juga menawarkan layanan konseling ke beberapa perusahaan swasta di Korea. Ia bermimpi untuk menjadi mentor akademis yang baik, bagi siapapun.